Taufik Muhamad Riyadi
A.
Latar
Belakang
Dewasa ini kita ada dalam era global. Dimana
perkembangan informasi dan teknologi semakin cepat, dengan laju perputaran
bisnis antar negara ke negara, perusahaan ke perusahaan, individu ke individu
nyaris tanpa batasan ruang dan waktu.
Perkembangan teknologi dan informasi ini tentu dapat menguntungkan banyak pihak. Lembaga
pemerintahan seperti Bank Indonesia ( BI ) memanfaatkan betul proses global ini,
terutama dalam sitem pembayaran yang memakai teknologi masa kini. Misalnya, sistem
pembayaran yang selalu berkembang dari masa ke masa, dimulai dari sitem barter
hingga Non Tunai. Menunjukan bahwa teknologi dapat membuat segalanya lebih
efektif dan efisien.
Perkembangan sistem pembayaran dengan gerakan nasional
non-tunai ( GNNT ) dan
memperhatikan kondisi ekonomi Jawa Barat adalah sebuah program yang dibuat
pihak Bank Indonesia, untuk membuat masyarakat lebih proaktif dalam sistem
pembayaran ini dengan teknologi yang mendukungnya dan memperlihatkan secara
akuntabel, bagaimana perkembangan transaksi dalam satu periode tertentu.
Apalagi, bangsa Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang barang
tentu akan menjadi sebuah tantangan bangsa Indonesia dalam mempersiapkan arus
perputaran uang yang tidak terbatas jumlahnya dalam sekala regional.
Secara umum Gerakn Nasional Non-tunai ( GNNT ) adalah sebuah program untuk mendukung
perkembangan teknologi, informasi, dan mempersiapkan masyarakat Jawa Barat,
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ). Secara teknologi GNNT dapat
memuaskan banyak pihak dan dapat menudukung sistem informasi dua arah yang
artinya pengguna dan pihak operator dalam hal ini adalah Bank Indonesia, dapat mngetahui perkembangan
ekonomi yang terjadi di masyarakat. Sehingga MEA yang menjadi tantangan bangsa
Indonesia tidak akan berbalik menjadi sebuah ancaman. Oleh karena itu, kami
memutuskan untuk membahas GNNT dan MEA ini, yang merupakan hasil bahasan kami dalam stadium general
bersama BI dan Universitas Negeri Siliwang yang kami susun dalam sebuah
laporan.
B.
Pembicara
1. Perwakilan
Bank Indonesia Jawa Barat
Ibu Rosmaya Hadi
Lahir September 1959
30 tahun mengabdi di Bank Indonesia
2. Perwakilan
Univeritas Negeri Siliwangi
Bapak Prof. Dr. H. Kartawan, SE, MP
Lahir di Ciamis 4 Juli 1962
C.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu Gerakan Nasional Non Tunai ( GNNT )?
2. Apa
itu Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ) ?
3. Apa
permasalahan bangsa Indonesia mengenai GNNT dan MEA ?
4. Apa
hubungannya antara sistem pembayaran GNNT dan MEA itu sendiri ?
5. Bagaimana
Pekembangan ekonomi Jawa Barat dilihat dari sistem pembayaran yang dilakukan
masyarakatnya untuk mendukung MEA ?
D.
Tujuan
1. Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Makro
2. Untuk
mengetahui perkembangan sistem pembayaran di Jawa Barat
3. Untuk
mengetahui pengaruh GNNT bagi perkembangan ekonomi Jawa Barat
4. Untuk
mengetahu persiapan masyarakat Jawa Barat mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
E.
Kegunaan
Dengan disusunnya laporan stadium general ini, kami
berharap laporan ini dapat menjadi sebuah perhatian dan pengetahuan bagi
pembaca guna mengetahui wawasan tentang sitem atau perkembangan perekonomian Jawa
Barat terkini, dilihat dari sitem pembayaran masyarakatnya.
F. Pembahasan
A. Perkembangan
Sistem Pembayaran, Gerakan Nasional Non-Tunai ( GNNT ), dan Kondisi
Perekonomian Jawa Barat Terkini.
Gerakan Nasional Non Tunai ( GNNT ) adalah suatu
program Bank Indonesia untuk mengatur sistem pembayaran secara makro prudensial
(kelancaran sebuah transaksi). Dengan harapan dapat mencegah korupsi yang
menjadi extraordinary crime (kejahatan luar biasa) karena sistem pembayaran ini
dicatat otomatis oleh mesin, artinya memiliki akuntabilitaas yang bagus.
Negara disebut
maju jika sistem pembayaran yang dilakukan adalah non-tunai. Indonesia
yang merupakan negara kepulauan terbesar, masih minim mlakukan transaksi non-tunai
dengan sekala 6 : 55 jika dibandingkan dengan Singapura. Bank Indonesia dalam
hal ini, mulai menerapkan sistem ini pada transportasi masal. Misal, kereta api
yang menggunakan E-Money. Pada mulanya penggunaan sistem ini di PT KAI (
Jabodetabek ) menuai pro-kontra dimasyarakat termasuk mahasiswa Universitas
Indonesia yang kontra dengan sistem ini, hingga berbagai permasalahan terjadi.
Namun Bank Indonesia tetap optimis dapat menjalankan sistem tersebut.
Bank Indonesia sebagai lembaga moneter dan independen
sudah mengeluarkan Instrumen pembayaran non-tunai. Instrumen tersebut berupa
kartu debet dan kartu kredit, yang kemudian dikembangakan seperti Auto Teller
Machine ( ATM ) untuk mesinnya, Kartu Debet untuk penggunaan yang supel dan
mudah seperti di mini maket, Kartu Kredit untuk tabungan dan bunga tinggi, yang terakhir adalah E-Money
untuk penukar atau pengganti, E-Money ini menggunakan Chip Base ( Register/
Unregister ). Register dengan akumulasi uang maksimal Rp. 5,000,000 dan
Unregister maksimal Rp. 1,000,000. Server Base dengan penggunaan di Handphone.
E-Money memiliki ciri – ciri tersendiri yang pertama adalah ada pennyetoran
uang, Kedua disimpan didalam chip atau server, Ketiga dapat digunakan atau
dibelanjakan dimanapun.
Memperhatikan sistem pembayaran dan gerakan nasional
non-tunai. Dapat dikaitkan dengan perekonomian Jawa Barat, karena memiliki
peranan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Jawa Barat, jika dilihat dari
inflasi yang mengalami fluktuasi dalam sekala nasional. Karena jika
dilihat inflasi Jawa Barat mencapai 0,5%
( bulan ), 6,57% ( tahun ), dan 2,11% ( tahun ke tahun ) dan PDB kisaran 14,5% tahun ke tahun secara nasional dan menduduki
peringkat ke tiga ( 3 ). Jika dilihat dari berbagai sektor. Misalnya, sektor
perhotelan yang mencapai 23,7% dan pertanian 10,7%. Pertumbuhan yang dicapai ini membuat Bank Indonesia melihat potensi dari berbagai
komoditas yang terdapat di wilayah dengan menciptakan sebuah website :
westjavaincorporate yang didalamnya terdapat potensi dari 27 Kab/ Kota untuk
mengisi keunggulannya. Website ini menjadi daya tarik pemerintah atau
perusahaan luar negeri untuk melakukan transaksi ataupun investasi. Contohnya :
Belgia menginginkan lima ( 5 ) komoditas
yang ada di Jawa Barat untuk di ekspor ke Belgia. Lima komoditas tersebut
adalah Lada hitam, lada putih, Gula kawung, Abon, dan Sambal/ Pedes. Keberhasilan
ini juga dapat dilihat dari perkembangan uang non-tunai yang mengalami
penurunan sebesar 18,07% dan Outinflow naik menjadi 15,67% hal ini didukung
dengan Empat Puluh Delapan Ribu ( 48,000) mesin ATM dan Tiga Ribu ( 3000 ) ATM
kecil. Dengan nominal transaksi dikisaran 17,5 Triliun/ bulan atau setara
dengan 10,3 Juta transaksi. Hal ini menunjukan perkembangan ekonomi Jawa Barat
mengalami kenaikan di kisaran 4,8% sampai dengan 5, 2%.
B. Masyarakat
Ekonomi ASEAN ( MEA )
Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ) adalah sebuah
program integrasi ekonomi dalam artian adanya sistem perdagangan bebas. Hal ini
dimulai ketika KTT ASEAN di Kuala Lumpur pada Desember 1997 yang memutuskan
untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif
dengan perkembangan ekonomi yang adil dengan mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan sosial. Kemudian berlanjut pada KTT ASEAN Bali pada bulan Oktober
2003 yang menyatakan bahwa MEA akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi
regional taun 2020.
Masyarakat Ekonomi ASEAN akan menjadi tantangan
pemuda – pemuda Indonesia khususnya mahasiswa Universitas Negeri Siliwangi. MEA
akan menjadi peluang ataupun ancaman bagi bangsa Indonesia. Berdasarkan
perkembangan manusia didalamnya yang harus memiliki kreativitas, inovasi dan
daya juang. Karena kita semua tahu bahwa pada sektor Inovasi di ASEAN,
Indonesia menduduki peringkat ke lima ( 5 ) dan dalam bisnis menempati
peringkat 114 di dunia. Dengan daya saing yang kurang kita harus tetap optimis
walaupun organisasi CAFTA yang menghajar pasar Indonesia berupa barang-barang
murah Cina.
Indonesia sudah banyak terjebak dalam perdagangan
dan kita tidak bisa melawan hal tersebut. Misalnya, VOC bentukan Belanda dengan
memonopoli Sumber Daya Alam ( SDA ) dan Globalisasi yang artinya dunia tanpa
batas ( penjajahan
negara maju terhadap negara berkembang ). Namun dalam hal ini dengan
pertumbuhan ekonomi yang baik, Indonesia memiliki harapan untuk maju jika
manusia didalamnya kompetitif. Yakni peran mahasiswa sebagai Agen of change,
meningkatkan kompetensi dibanding IPK, menciptakan komunitas untuk membangun
ekonomi kreatif, dan menciptakan lapangan kerja.
Masyarakat didukung pemerintah dalam hal ini Bank
Indonesia mewanti-wanti dengan adanya MEA. Dalam hal ini pemerintah mengalami
kesulitan karena kurangnya sosialisasi tentang MEA yang pada faktanya hanya 40%
saja masyarakat Indonesia mengetahui MEA. Namun dengan dimulainya Gerakan
Nasional Non-Tunai ( GNNT ) menunjukan bahwa masyarakat indoensia dapat
memiliki daya saing ketimbang sembilan negara ASEAN lainnya.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dan pemerintah
harus solid dalam menghadapi berbagai tantangan. Karena potensi Indonesia
sangatlah besar. Potensi tersebut bisa kita gugah melalui pemuda-pemuda
Indonesia dengan memberikannya pendidikan yang layak, terbukti telah lahir
Universitas ataupun pendidikan tinggi di daerah yang dapat menunjang kemerataan
dan keberhasilan kita dalam menghadapi MEA. Perana pemerintah tidak hanya dalam
sektor pendidikan saja, namun seperti yang dijelaskan di atas bahwa pemerintah
dalam hal ini Bank Indonesia berusaha untuk menerapkan suatu gerakan Non-Tunai
yang dapat menunjukan bahwa negara Indonesia semakin maju. Gerakan Non-Tunai
ini sangat bagus karena lebih akuntabel, transparan, dan mudah. Apalagi
Indonesia sedang digerogoti oleh koruptor, dengan sistem yang transparan dan
akuntabel. Sistem Non-Tunai ini dapat melihat transaksi yang digunakan oleh
pengguna. Semoga Gerakan Nasional Non-Tunai ini setidaknya dapat memberikan
pengaruh positif terhadap bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global
seperti.
Sumber
: Stadium General Universitas Negeri Siliwangi bersama Bank Indonesia.

0 Comments